Kawan masihkah kau ingat, waktu itu aku pernah katakan, seumur usia aku belum pernah merayakan ulang tahun kelahiran. Masihkah kawan ingat?
Ku
katakan bahwa ulang tahun dan hadiah hanya menjelma sebagai angan-angan yang
terkadang terbawa-bawa muncul di dalam mimpi, mimpi indah dalam hari-hari
kehidupanku.
Ah,
rasanya baru semalam aku menulis semua itu, kini ulang tahun datang lagi. Sweet
September!
Tapi
saat ini segalanya berubah. Jika dahulu aku tidak pernah meraihkan waktu istimewa
itu, nah, sekarang!
........
Ternyata
di dunia ini masih ada yang namanya bidadari. Yang bermata binar, qasrut torfi
– yang sentiasa tertunduk malu, tidak liar pandangannya -, baik akhlaknya,
cantik rupa parasnya, terjaga dirinya dan penampilannya. Wah!
Aku
masih ingat kejadian di kafe makanan itu. Dicelah-celah perempuan-perempuan
sinetron itu – yang berpakaian tapi bertelanjang-. Ketika aku menyangka bahwa
bidadari sudah diangkat Tuhan ke langit. Waktu itu ternyata aku diperlihatkan
sebuah keindahan yang belum pernah ku rasakan. Oh, Bidadari!
Ku
ingat lagi saat itu, sebuah permandangan yang begitu menyenangkan. Bidadari itu
kelihatannya lebih sopan berbanding perempuan-perempuan sinetron. Pakainnya
begitu terjaga, langkahnya ditata baik, pandangannya terpelihara, tunduk malu
dan....ah, tak mampu aku melanjutkan kata-kata. Kerna saat itu jantungku
berdegup laju. Ku pasti belum pernah merasai perasaan seperti itu. Sehingga
membuat hatiku terduga.
‘..Oh
Tuhan, siapakah bidadari itu..?’ bisiku.
........
Diari
jelek itu, yang pernah ku katakan padamu kawan. Ingatkah lagi? Ku ceritakan
perihal perancangan hidupku. Tentu masih ingat.
2006-2009
(Diploma KIPSAS)
2009-2012
(Ijazah Al-Azhar
Mesir)
2013
(Nikah)
Kini
aku sudahpun menamatkan pengajian Sarjana Mudaku. Tapi bukan di Mesir seperti
rancanganku itu. Kerna kita semua percaya dan yakin bahwa tidak semua yang
dirancang manusia akan terlaksana. Kita merancang, Tuhan juga punya perancangan.
Sudah tentulah perancangan Tuhan adalah yang terbaik. Buktinya, jika aku
barangkali terbang melanjutkan pelajar ke Mesir, tentulah tidak ku temukan
bidadari itu. Nah, benar bukan. Tuhan sudahpun merancang buatku dan untuk kita
semua yang terbaik.
.........
29
September itu. Di Kota Singa. Itulah saat pertama kali aku meraihkan hari ulang
tahun kelahiran. Itulah saatnya pertama kali aku mendapatkan kek. Saat pertama
kali aku teragak-agak memotong kek untuk kali pertamanya. Meski tanpa cahaya
lilin-lilin, walau tanpa iringan musik hari jadi. Hatiku bahagia. Aku gembira
bercampur haru. Kerna ada yang ingat padaku. Ingat pada ulang tahunku. Ikut sama
meraih dan memberikan hadiah buatku. Maka malam itu hatiku berbunga-bunga. Kerna
dalam nota kehidupanku, inilah kali pertama aku merayakah hari ulang tahun
kelahiran.
Dan
lebih istimewa ulang tahun itu diraihkan oleh isteriku alias bidadariku.
.........
Tahukah
kawan, siapa gerangan sang bidadari itu?
Kejadian
di kafe makanan itu adalah titik mula kepada sebuah episod cinta. Wanita yang
berpakaian hitam itu, jika dipandang biasa-biasa pasti orang mengatakan ‘tiada
seri dan tidak istimewa’. Kenapa tidak? Pakaiannya seluruhnya berwarna hitam. Berjubah
hitam, bertudung hitam, berniqab hitam. Bermata hitam. Kerna yang kelihatan
hanya matanya.
Tetapi
percayalah dibalik jubah dan kerudung hitamnya aku percaya itu adalah bidadari
yang diutus Tuhan.
Maka
kuberitahu padamu kawan, sesungguhnya bidadari itu adalah kini isteriku. Yang
aku nikahi dan yang kini halal untukku. Ya, bidadari di kafe makanan itu.
Dan
bidadari itulah yang kini pertama kali meraihkan ulang tahun kelahiranku.
Terima
kasih Tuhan untuk semua yang telah engkau berikan.
Bidadariku, adalah hadiah Ulang Tahun dariMu.
Dhiya'
Petaling Jaya
01 Zulhijjah 1434H