Dakwah itu terlalu istimewa. Kerana dakwah itu dipenuhi rasa cinta dan kasih sayang. Cinta di dalam hati lalu dibawa kepada mad’u (orang yang diseru). Rasa cinta itu akan mendorong kita agar terus menyeru dan mengajak tanpa mengenal lelah dan letih. Hal kerana rasa cinta itu.
Rasa kasih dan cinta itu akan menghilangkan keputus asaan.
Cinta dan kasih sayang itu akan menghancurkan kedengkian dan kemarahan.
Cinta dalam dakwah itu akan membuah kesabaran diri.
Membuatkan kita akan terus bersungguh dan komited.
Rasa cinta itu merentasi agama dan bangsa.
Rasa kasih itu akan membuahkan redha.
Baginda Rasulullah SAW adalah contoh teladan terbaik.
Si Pengemis Buta.
Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Baginda SAW wafat. Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.
Suatu hari Abu Bakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "Anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan", Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah Itu?", tanya Abu Bakar r.a. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke hujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.ha.
Keesokan harinya Abu Bakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abu Bakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu ?". Abu Bakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa". "Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya.
Abu Bakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikit pun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abu Bakar r.a.
***
Apakah rasa cinta dan kasih sayang masih tidak cukup untuk membuatkan mad’u tersentuh dengan apa yang kita lakukan.
Tidak perlu berbicara banyak.
Tidak perlu berdebat hingga beremosi.
Tidak perlu melakukan perkara berat.
Lakukan menurut kemampuan yang kita miliki.
Tidak sama orang yang bercakap dengan orang yang berbuat (bekerja). Tidak sama orang yang bekerja dengan orang yang bersungguh-sungguh. Tidak sama orang yang bersungguh-sungguh dengan orang yang istiqamah.
Serulah manusia dengan kasih sayanng!
Dhiya
Kampus Kusza, UDM