Malam kelam, langit pucat. Di atas meja, aku menjajar
carik-carik kertas bercoretan tangan. Ku perhatikan. Berlama-lama aku
menekurinya. Hingga aku tak tahu harus mengawalinya dengan membaca tulisan yang
mana. Namun, aku tahu, aku tahu persis,
bahwa ada sesuatu pada coretan-coretan sembap itu. Ah, aku penasaran.
Seandainya jika tulisan-tulisan itu dideklamasikan, pasti
bertambah seru. Mungkin akan menjadi semacam ratib buat membuka selera mengisi
malam-malam nan sepi. Maka bagiku, kertas-kertas kumal ini begitu terhormat. Nanti
setelah aku usai membacanya, akan aku ceritakan kepada kawan seperti apa
perasaanku.
Kertas-kerta carik itu berisi tulisan dari teman-teman
sekuliahku. Ceritanya begini. Kami seramai tiga pulu lapan orang antara manusia pilihan
Allah yang sedang mengikuti pengajian akhir Sarjana Muda Usuluddin Dengan Kaunseling,
sejenis jurusan yang belum pernah wujud sebelum ini di mana-mana universiti,
hatta di Harvard University sekalipun. Hebat bukan! Maaf, aku sendiri tidak
pasti siapa orangnya yang begitu berani menjodohkan dua bidang ini. Hmmm!
Setelah melalui lima semester yang begitu polemik, kami
kini berada diakhir fasa pengajian. Antara subjek yang wajib kami ikuti pada semester
penghabisan ini dinamai Kaunseling Kelompok. Bunda Hafiah adalah tenaga
pendidiknya.
Sekali lagi maaf, aku tidak berkenan menceritakan
plot-plot disepanjang kelompok kami berlangsung beberapa bulan. Apa yang aku
rasai? Apa yang aku pelajari? Apa yang aku perolehi? Kebaikan-kebaikannya? Aku hanya
berani syorkan agar kawan sudi membaca buku I.D Yalom, judulnya “The Theory
and Practice of Group Psychotherapy” meski aku belum pernah menelaahnya.
Sehingga berlalu beberapa sesi kelompok lalu tiba pada
sesi penutup, Bunda Hafiah meminta kami menulis kata-kata berupa doa dan
nasihat khas buat teman-teman sekuliah.
“Pada keping kertas, tulislah doa untuk kawan-kawan dan
masukkan dalam sampul...” kurang lebih begitu kata Bunda Hafiah jika dibahasa
bakukan.
Di atas sekeping kertas putih yang dikerat hingga hanya selebar
kertas resit mesin bank atm, setiap dari kami, menukilkan kata-kata azimat. Dengan
tulus ikhlas dan penuh rasa cinta lalu memasukkan ke dalam sampul yang dipunyai
oleh setiap seorang dari kami. Dan dari situlah asal muasal yang membawa kepada
kejadian malam ini.
Malam pun berlalu hanya untuk melahu carik-carik kertas
dan bersentimen. Mataku tak mahu beralih dari lembaran-lembaran kopak itu kerna
ternyata ayat-ayat yang dicoret mengandung daya tarik yang maha sentimental.
Maka sepanjang malam, aku bergelimang dengan hal-hal
mengharukan, menyentuhkan dan rasa indah kerna kata-kata yang mengujakan. Aku senang
dan bahagia. Terima kasih kawan. Semoga Tuhan selalu merahmati kalian.
Zaid,
Semoga cepat sembuh dan diberikan
kesihatan yang baik.
Semoga segera bertemu
jodoh yang baik hati.
Doanya ya!
Dhiya’
Gong Badak
17 Rejab 1433H
0 ulasan:
Catat Ulasan