AD-DHIYA'

Tuhan, Jadikanlah Aku Cahaya!


Malam Sentimental



Malam kelam, langit pucat. Di atas meja, aku menjajar carik-carik kertas bercoretan tangan. Ku perhatikan. Berlama-lama aku menekurinya. Hingga aku tak tahu harus mengawalinya dengan membaca tulisan yang mana.  Namun, aku tahu, aku tahu persis, bahwa ada sesuatu pada coretan-coretan sembap itu. Ah, aku penasaran.

Seandainya jika tulisan-tulisan itu dideklamasikan, pasti bertambah seru. Mungkin akan menjadi semacam ratib buat membuka selera mengisi malam-malam nan sepi. Maka bagiku, kertas-kertas kumal ini begitu terhormat. Nanti setelah aku usai membacanya, akan aku ceritakan kepada kawan seperti apa perasaanku.

Kertas-kerta carik itu berisi tulisan dari teman-teman sekuliahku. Ceritanya begini. Kami seramai tiga pulu lapan orang antara manusia pilihan Allah yang sedang mengikuti pengajian akhir Sarjana Muda Usuluddin Dengan Kaunseling, sejenis jurusan yang belum pernah wujud sebelum ini di mana-mana universiti, hatta di Harvard University sekalipun. Hebat bukan! Maaf, aku sendiri tidak pasti siapa orangnya yang begitu berani menjodohkan dua bidang ini. Hmmm!

Setelah melalui lima semester yang begitu polemik, kami kini berada diakhir fasa pengajian. Antara subjek yang wajib kami ikuti pada semester penghabisan ini dinamai Kaunseling Kelompok. Bunda Hafiah adalah tenaga pendidiknya.

Sekali lagi maaf, aku tidak berkenan menceritakan plot-plot disepanjang kelompok kami berlangsung beberapa bulan. Apa yang aku rasai? Apa yang aku pelajari? Apa yang aku perolehi? Kebaikan-kebaikannya? Aku hanya berani syorkan agar kawan sudi membaca buku I.D Yalom, judulnya “The Theory and Practice of Group Psychotherapy” meski aku belum pernah menelaahnya.

Sehingga berlalu beberapa sesi kelompok lalu tiba pada sesi penutup, Bunda Hafiah meminta kami menulis kata-kata berupa doa dan nasihat khas buat teman-teman sekuliah.

“Pada keping kertas, tulislah doa untuk kawan-kawan dan masukkan dalam sampul...” kurang lebih begitu kata Bunda Hafiah jika dibahasa bakukan.

Di atas sekeping kertas putih yang dikerat hingga hanya selebar kertas resit mesin bank atm, setiap dari kami, menukilkan kata-kata azimat. Dengan tulus ikhlas dan penuh rasa cinta lalu memasukkan ke dalam sampul yang dipunyai oleh setiap seorang dari kami. Dan dari situlah asal muasal yang membawa kepada kejadian malam ini.

Malam pun berlalu hanya untuk melahu carik-carik kertas dan bersentimen. Mataku tak mahu beralih dari lembaran-lembaran kopak itu kerna ternyata ayat-ayat yang dicoret mengandung daya tarik yang maha sentimental.

Maka sepanjang malam, aku bergelimang dengan hal-hal mengharukan, menyentuhkan dan rasa indah kerna kata-kata yang mengujakan. Aku senang dan bahagia. Terima kasih kawan. Semoga Tuhan selalu merahmati kalian.

Zaid,
Semoga cepat sembuh dan diberikan kesihatan yang baik.
Semoga segera bertemu jodoh yang baik hati.

Doanya ya!


Dhiya’
Gong Badak
17 Rejab 1433H

0 ulasan: