AD-DHIYA'

Tuhan, Jadikanlah Aku Cahaya!


My September


Selama dalam ingatan, aku belum pernah merayakan ulang tahun, bahkan tidak pernah peduli hari kelahiran. Waktu masih kecil, aku sering cemburu pada teman-teman sepermainan yang sering berbicara tentang hari ulang tahun mereka dan betapa mereka sangat gembira. Ya, perkara ulang tahun tidak pernah tercatat dalam diari kehidupan anak melayu miskin seperti aku.

Agung, teman karibku – ayahnya seorang mandur syarikat perkapalan - sering dihadiahi barang mainan oleh orang tuanya. Adiknya Trojan yang buta sebelah mata selalu diraih dengan pesta jamuan makan; memotong kek, menangkap gambar kenangan, mendapat hadiah - bertingkat-tingkat di atas meja, seperti batu-bata tersusun -. Al-al sering iri pada abangnya Trojan. Mono yang berlagak kaya juga tidak mahu kalah, dipujuk ayahnya agar membuat pesta besar-besaran di rumah. Untungnya aku, dapat menikmati jamuan enak-enak yang tidak akan pernah dapat dirasai atau aku nikmati di dalam rumah sendiri, cumanya aku tidak mendapat hadiah seperti mereka. Hadiah? Ah, itupun tidak pernah terlintas dibenakku. Tapi sejak itu aku mendapat tahu bahwa pada hari ulang tahun orang-orang memberikan hadiah.

Ketika memasuki sekolah rendah. Sebetulnya waktu itu aku baru darjah empat, aku tidak faham kenapa dan untuk apa orang merayakan hari ulang tahun. Ku tanyakan pada ibu dan ayah, ternyata mereka juga tidak memberikan jawapan tepat. Padahal diam-diam, sebenarnya aku berharap agar mereka merayakan ulang tahunku, walaupun mungkin mereka telah lebih dahulu menghidu maksud pertanyaanku, atau aku sudah tahu bahwa mereka tidak akan pernah mampu. Lalu tinggallah ulang tahun dan hadiah hanya sebagai angan-angan yang sering muncul dalam tidur, menjadi mimpi indah dalam hari-hari kehidupanku. Tanpa dendam, tanpa kesedihan.

Tetapi, kebelakangan ini aku sering menanda bulat nombor 29 September pada kalendar tahunan. Selepas itu, aku berjanji untuk selalu memberikan hadiah pada diriku sendiri. Dan setiap kali aku melihat kalendar, aku akan tersenyum bahagia sambil menantikan tanggal yang ku tandai itu. Bagiku, nombor itu telah menjadi spekulasi yang  mendebarkan. Ibarat seorang pemuda yang menunggu kekasihnya, kerna istimewanya untuk cinta. Namun aku menanti dengan dada yang penuh kerna semua itu bukan ilusi.

“29 September...wah suda semakin dekat..” aku berkira-kira. Menghitung jari-jari kecil satu persatu..dua..tiga.. Oh waktunya sudah hampir dekat.

Maka biarlah aku tidak akan pernah merayakan ulang tahun atau mendapatkan hadiah dari sesiapa, setidaknya aku tahu bahwa ulang tahun adalah detik-detik istimewa yang ditunggu-tunggu dalam kehidupanku. Ia adalah hari yang penuh berharga.

Dan sehingga waktu ini aku merasa senang setiap kali menjelang hari ulang tahun. Kerna bagiku, menunggu hari ulang tahun tidak ubahnya seperti menempatkan diri pada suatu titik waktu di hadapan.

Ulang tahun datang lagi...


Dhiya’
Kuala Terengganu
27 Syawwal 1432H

1 ulasan:

sanah helwah ydp..moga terus diberi kekuatan dan kemudahan dalam meneruskan perjuangan sbg daie n murabbi di jalanNya..:)