Saat siang mulai mengeluarkan pakaiannya dari lipatan alam, malam pun melambai pergi. Ada awam gelap berarak-arak perlahan. Bumi terang tapi langit kelam. Tidak lama, kemudian hujan!
Akhir-akhir ini hujan turun tidak menentu. Dua, tiga, empat kali atau sehari-hari. Kadang turun subuh-subuh. Sering juga turun malam-malam. Malah waktunya juga panjang, menyusahkan orang-orang bekerja, bersekolah, berkuliah dan bersolat jemaah. Alasan!
Kuingat waktu kecil dahulu, aku suka pada hujan. Hujan kuanggap teman, bukan sekadar meneman tapi juga pengertian. Aku tidak dapat menjelaskan pengertiannya tapi yang pasti dengan hujan aku dapat bermain air sepuas-puasnya – jika dirumah pasti dimarahi ibu -, - jika sampai banjir – bisa menangkap ikan-ikan, berenang-renang – meski aku tidak pandai berenang waktu itu – dan yang paling mengembirakan, aku bisa mangkir ke sekolah – kerna kerja sekolah tidak siap -. Kerna itu ku katakan hujan adalah teman yang memahami, lalu aku pun jatuh hati.
Kuintai keluar jendela, hujan masih tersisa, kupejamkan mata.
Dulu-dulu...
Seperti baru semalam aku ikut bermain bersama teman-teman di bawah limpahan hujan. Berkejar-kejaran keliling halaman, anak-anak sahut-sahutan keriangan. Hujan!
Memanjat pokok mangga dihalaman sekolah – walaupun digigit serangga -, mencuri buah kedondong milik nyonya tua, lalu risikonya dikejar anjing gila. Lari!
Memacing ikan haruan dikali, melestik burung di hutan, menangkap ketam di sungai– sakitnya jari diketip ketam -, memungut kerang di pantai...
Ulang-alik ke tempat mengaji Quran, walaupun terpaksa – sebetulnya aku malas mengaji waktu kecil – hingga buat ibu marah-marah. Degil!
Sering juga aku menjadi juara dalam pertandingan. Katakan saja pertandingan apa. Terutama main engkek-engkek. Ceh!
Main gambar, main getah, main guli, main congkak, main pondok-pondok, pura-pura jadi anak, mak, ayah atau nenek. Macam-macam.
Hari raya. Hari yang paling bahagia adalah hari raya. Dapat baju raya, duit raya, solat hari raya, makan kuih raya, berziarah dari dari sebuah rumah ke sebuah rumah. Dari satu kampung ke satu kampung. Tidak tahu rumah siapa. Tidak tahu kampung siapa, semua diterjah dengan tujuan yang sama. Memburu duit raya! Semua itu tidak bisa kulupa. Bagiku hari raya adalah hadiah yang paling bermakna dari Tuhan untuk hamba-Nya. Terima kasih Tuhan!
Hari ini...
Nah, sekarang sudah tahun baru hijri lagi. Padahal baru tahun lalu kita bersua kenal. Bergurau senda. Ikut bermain bersama. Atau berjalan dititian pantai sambil bercerita tentang kita. Tapi semua sudah berubah. Kita sudah dewasa. Usia kecil itu telah pun terisi dengan pelbagai ceritaria suka dan duka. Waktu yang ada ini, waktu kita sedang dewasa. Manfaatkanlah sebelum menjelang hari tua. Kerna waktu tidak pernah menanti, bahkan ianya terus berlalu pergi.
Ya, waktu-waktu melambai pergi.
Dhiya'
Gong Badak
8 Muharram 1433H
Dhiya'
Gong Badak
8 Muharram 1433H
0 ulasan:
Catat Ulasan