AD-DHIYA'

Tuhan, Jadikanlah Aku Cahaya!


Untuk Ini, Maafkan Saya

“Sebelum tido ni bagi sedikit ilmu yang boleh dikongsi.” kata akhir dari Asmar menutup bicara kami malam itu.


Dia seorang sahabat juga teman saya meniti perjuangan ini. Syukur saya dalam-dalam dapat mengetahui khabar baiknya meski perbualan sebentar cuma.

Saya masih dihimpit rasa mengantuk. Kepala terasa berat. Saya cuba mencari-cari sesuatu yang hendak saya kongsikan kepadanya. Menunaikan hajat seseorang itukan dituntut agama. Saya korek ingatan, tidak ketemu jawapan. Saya pandang kitab fiqh al-wajiz. Tiada. Saya belek kitab hadis. Masih kabur. Saya ambil kitab ulum Quran, siapa tahu saya akan menemukan sesuatu yang baik untuk dikongsikan. Namun saya kecewa. Saya tidak dapat berbuat apa lagi. Fikiran saya jadi buntu. Bukan tidak ada idea, cuma saya menginginkan sesuatu yang terbaik untuk diberikan. mungkin kerna sendi-sendi pada kepala seperti sedang bertelaga menyebabkan saya hilang tumpuan. Saya bertarung dengan sakit yang memuncak. Arghh!

Rasa sakit pada kepala membatasi saya untuk menunaikan hajat saudara saya ini. Saya berjanji dalam diri akan melunaskan hutang itu meski timbunan kerja lain belum dilangsaikan.

Hampir seharian ini saya langsung tidak ingat hal semalam. Lewat-lewat saya membuka inbox mesej pada telefon bimbit, saya jadi teringat janji saya itu. Harus dikongsikan ilmu itu. Lalu saya isyaratkan padanya perihal kisah dakwah nabi ke Thaif. Mungki dia sudah membacanya.

“Baca kisah hijrah nabi ke Thaif, semasa baginda bercakap dengan Adas. Di sana terselit cara Rasulullah memikat hati Adas. Contoh dakwah dari Rasulullah.” Balas saya ringkas. Mungkin dek keterbatasan waktu, sekadar itulah yang mampu saya ungkapkan.

"Asmar." Saya terbayangkan wajahnya yang penuh bercahaya itu. Kerut-kerut dahinya kerna terlalu memikirkan tentang dakwah dan agama seakan jelas kelihatan.

Saya rindukan dia. bicaranya. gelak tawanya. senyumnya. semua yang ada padanya. Dulu-dulu kami sering berbicara tentang agama, berbincang tentang dakwah, iman dan akhlak. Hari-hari yang kami lalui semua tersimpan 1001 kenangan yang saya tidak bisa lupakan. mungkin kerna jarak dan kesibukan menitip hidup. membatasi setiap tingkah kami dulunya.

Ibarat isi dengan kuku. Seperti itulah perihal kami. Semahunya ukhwah dan persahabatan ini terisi dengan ilmu dan pelajaran. Saling ingat-mengingat, pesan-memesan, nasihat-menasihati. Itukan panduan agama. Dan itu jugalah sebaik-baik pengisian dalam hidup berukhwah.

Dakwah, itu sangat istimewa untuk dibincangkan. Maka saya memilih kisah hijrah nabi ke Thaif itu sebagai materi perbincangan ilmu.

Asmar!


“Semoga anta menemukan kisah indah disebalik dakwah Rasulullah SAW itu.”

p/s: Asmar, maafkan saya kerna tidak bisa membagi masa untuk membajai ukhwah kita seperti dulunya. Doakan semoga Allah mempermudahkan urusan saya.


Abu Zaid
Kampus Kusza, UDM

0 ulasan: